RANGKUMAN ILMU BUDAYA DASAR
BAB V
MANUSIA DAN KEINDAHAN
MANUSIA DAN KEINDAHAN
A.
KEINDAHAN
Kata keindahan berasal dari kata
indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang
mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia,
rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, wama, dan sebaginya. Keindahan tak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja
dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran.
Keindahan adalah kebenaran
dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi,
dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena
dasamya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu,
melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan
makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Keindahan juga bersifat universal,
artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau lokal.
Menurut cangkupannya orang harus membedakan antara
keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang
indah. Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang-kadang dicampur adukkan saja. Disamping
itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya, yakni :
a)
keindahan dalam arti yang luas
b)
keindahan dalam arti estetis mumi
c)
keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan
penglihatan
Keindahan dalam arti luas mempakan
pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula
kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang
indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selain baik
juga menyenangkan. Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi :
-
keindahan seni
-
keindahan alam
-
keindahan moral
-
keindahan intelektual
Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman
estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedangkan keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan
sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserapnya dengan penglihatan, yakni
berupa keindahan dari bentuk dan wama.
a.
NILAI ESTETIK
Nilai Estetik oleh orang dipercaya terdapat pada
sesuatu benda sampai terbukti ketidaak benarannya.
Tentang nilai itu ada yang
membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif, atau ada yang membedakan
nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting
adalah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik.
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai
alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni
nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.. Nilai instrinsik adalah sifat
baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi
kepentingan benda itu sendiri.
b.
KONTEMPLASI DAN EKSTANSI
Kontemplasi adalah dasar
dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar
dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka
akan terjadi
penilaian bahwa sesuatu itu indah
Apabila kontemplasi dan
ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor
pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong
utuk merasakan, menikmati keindahan.
c.
APA SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN KEINDAHAN ?
Keindahan itu pada dasamya adalah
alamiah. Alam ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan.
Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis
melukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenamya, justru tidak indah. Bila
ada pemain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah dengan
meluap-luap padahal masalahnya kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tidak
berharga kemudiah menangis meraung-raung, itu berarti tidak indah.
Berikut ini beberapa alasan/motivasi dan tujuan seniman menciptakan
keindahan :
(1) Tata nilai yang telah
usang
(2) Kemerosotan Zaman
(3) penderitaan manusia
(4) Keagungan Tuhan
Renungan berasal dari kata renung;
artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam.
Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung nntuk menciptakan
seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori
metafisik dan teori psikologik.
C.
KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dan kata dasar rasi,
artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu
mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian hams
dipadukan wamanya bagian atas dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengan
kulitnya. Apabila cara memadu itu kurang cocok, maka akan memsak pemandangan.
Sebaliknya, bila serasi benar akan membuat orang puas karenanya.
(a).
TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan
atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah
melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
(b) TEORI PERIMBANGAN .
Teori perimbangan tentang keindahan
dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas,
yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap
sebagai kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian).
Hubungan dari bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai
perimbangan atau perbandingan angka-angka.
BAB
VI
MANUSIA
DAN PENDERITAAN
A.
PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal
dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun
peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu
peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan
penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi
untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua
orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau
kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan
yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan.
Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia.
Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan fisik yang dialami manusia
tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan
penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam
menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak
membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan “resiko” karena seseorang
mauhidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua
sisi atau masalah yang wajib diatasi.
B.
SIKSAAN
Siksaan dapat diartikan sebagai
siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani.
Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan.
Di dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan
yang dialami manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik,
syirik, dengki, rnemfimah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya.
Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
Kebimbangan dialami oleh seseorang
bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil.Kesepian dialami oleh seseorang
merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam
lingkungan orang ramai. Ketakutan merupakan bentuk lain yang
dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu
dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.
C.
KEKALUTAN MENTAL
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai
kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan
sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan
yang harus
diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami
kekalutan mental adalah :
a) nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak
napas, demam, nyeri pada lambung
b) nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah
hati, apatis, cembum, mudah marah.
Tahapan-tahapan gangguan kejiwaan adalah :
a) gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si
penderita baik jasmani maupun rokhaninya
b) usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur
atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah; pada orang yang tidak
menderita gariguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justm lekas memecahkan
problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari
persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
c) kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang
bersangkutan mengalami gangguan
Proses-proses kekalutan
mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah
a) Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik
sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut
waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif
setelah kejatuhan dalam kehidupan.
1) Negatif : trauma yang
dialami diperlamtkan atau dipertumtkan, sehingga yang bersangkutan mengalami
frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk frustasi antara lain :
agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitamya.
agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitamya.
2) regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanankan
(infantil), misalnya dengan menjerit-jerit,menangis sampai
meraung-raungjnemecah barang-barang.
3) fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola
yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri,
membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4) proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap
sendiri yang negatif pada orang lain, kata pepatah: awak yang tidak pandai
menari, dikatakan lantai yang teijungkit.
5) identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya,
misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang
film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6) narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya
lebih superior daripada orang lain.
7) autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat
menjurus ke sifat yang sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1) kota-kota besar
2) anak-anak muda usia
3) wanita
4) orang yang tidak beragama
5)
orang yang terlalu
mengejar materi
D.
PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat
ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada
manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal
mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah
menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya
untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh
pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.
E.
PENDERITAAN, MEDIA MASA DAN SENIMAN
Penciptaan bom atom, reaktor nuklir,
pabrik senjata, peluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang
terjadinya penderitaan manusia. Hal ini sudah teijadi seperti bom atom di
Hirosyima dan Nagasaki, kebocoran reaktor nuklir di Unisovyet, kebocoran gas
beraccun di India. Penggunaan peluru kendali dalam perang Irak.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan
penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan
lain-lain.
Berita mengenai penderitaan manusia
silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud
supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan
manusia. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu.
Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa
material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari
musibah ini.
F.
PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci
sebagai berikut :
A) Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang menimpa manusia
karena perbuatan buruk manusia dapat teijadi dalam hubungan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam sekitamya. Penderitaan ini kadang disebut nasib
buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik.
B) Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan
/ azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga teijadi akibat penyakit atau
siksaan / azab Tuhan.
Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat mempakan usaha manusia untuk
mengatasi
penderitaan itu.
G.
PENGARUH PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan
mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap
yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif
misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh
diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal
kemudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dari sikap
negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin,
tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis
mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan
perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya
bagian dari kehidupan. Apabila sikap negatif dan
sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca,
penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai
kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan
BAB VII
MANUSIA DAN KEADILAN
MANUSIA DAN KEADILAN
A.
PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam
tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan
terlalu sedikit. Kedua ujung ekstreni itu mcnyangkut dua orang atau benda.
Lain lagi pendapat
Socrates yang memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan
tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemcrintah sudah
melaksanakan tugasnya dcngan baik. Mengapa diproyeksikan pada pemerintah, sebab pemerintah
adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan
itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban.
B.
KEADILAN SOSIAL
Berbicara tentang keadilan, Anda pasti ingat akan dasar negara kita
ialah Pancasila. Sila kelima Pnacasila, berbunyi : “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”
Dalam dokumen lahirnya Pancasila diusulkan
oleh Bung Kamo adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara.
Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip “tidak ada kemiskinan di
dalam Indonesia merdeka”. Dari usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran
pengertian kesejahteraan dan keadilan.
Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila “keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia” menulis
sebagai berikut “ keadilan sosial adalah langkah
yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur.”
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1)
perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.
2)
Sikap adil terhadap sesama, menjaaga keseimbangan antara hak
dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3)
sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4)
sikap suka bekerja keras
5)
sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk
mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama
A) Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum
merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga
kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat
dasarnya
paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karena
penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada
bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud
dalam masyarakt bilamana setiap anggota masyarakat melakukan
fungsinya secaira
baik
menurut kemampuannya.
Ketidakadilan terjadi
apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas
yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian.
B. Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat
bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama dipeiiakukan secara
sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals
are treated equally).
C. Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan
memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian
keadilan itu mempakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua
tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak
atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
D.
KEJUJURAN
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang
sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur
juga berarti seseorang bersih hatinya dan perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan peibuatan, yang berarti
bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya.
Dalam kehidupan sehari-hari jujur atau tidak jujur mempakan
bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri.
Ketidak jujuran sangat luas wawasannya,
sesuai dengan luasnya kehidupan dan kebutuhan hidup manusia.
E.
KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran ataii
tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah
tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak
sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dari hatinya sudah bemiat
curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha ? Sudah
tentu keuntungan itu diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan
keuntungan di sini adalah keuntungan yang berupa mated. Mereka yang berbuat
curang menganggap akan mendatangkan kesenangan atau keenakan, meskipun orang
lain menderita karenanya.
Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin
menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang
yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup
menderita.
F.
PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama
orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga
dengan hati-hati agar namanya tetap baik.
Penjagaan nama baik erat hubungannya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak
baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah
laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun,
disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan
agama dan lain sebagainya.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik
dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
a)
manusia menurut sifat dasamya adalah mahluk moral
b)
ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang hams dipatuhi
manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik
adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan
ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak.
G. PEMBALASAN
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain,
reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serapa, perbuatan yang seimbang, tingkah
laku yang serapa, tingkah laku yang seimbang.
Dalam Al-Qur’an terdapat
ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa
kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhanpun
diberikan pembalasan dan pembalasan yang diberikanpun pembalasan yang seimbang,
yaitu siksaan di neraka.
Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang
bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh
kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
BAB VIII
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A.
PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia mempunyai
pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan
masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup.
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu
merupakan hasil pemikiran manusia berdasaikan pengalaman sejarah menurut waktu
dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan
hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja,
melainkan melalui proses waktu yang lama dan terns menerus, sehingga hasil
pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh
akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil
pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk. yang disebut
pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak
sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu teidiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup yang
berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup yang bempa
ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara
tersebut.
(C) Pandangan hidup hasil
renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
B.
CITA-CITA
cita-cita adalah keinginan, harapan,
tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan
merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian
cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan
datang.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau mungkin belum terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau mungkin belum terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu.
Faktor manusia yang mau mencapai
cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan,
sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian
banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit
mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya
sendiri.Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa
yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh
hidup untuk mencapainya.
Faktor kondisi yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebul yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga
dalant mencapai cita-cita. Mentang ada anjuran agar seseorang menggantungkan
cita-citanya setinggi bintang di langit. Tetapi bagaimana faktor manusianya. mampukah yang bersangkutan
mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu. apakah dapat
merupakan pendorong atau penghalang cita-cita.
C.
KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau
perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan
moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia berbuat baik, karena menurut
kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik. Manusia adalah seorang pribadi yang
utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia
meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia
mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya.
Justru karena itu, karena mementingkan diri sendiri, seringkali manusia tidak
mengenal kebajikan.
Manusia merupakan mahluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong,
saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai,
saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan,
diciptakan Tuhan dan dapat berekembang karena Tuhan.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita
harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia
sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai mahluk Tuhan.
Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat
menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan
oleh suara hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak
seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan,
tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri
sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia.
Sebagai mahluk Tuhan, manusiapun hams
mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat
baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan
baik buruk, hams kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. kehendak
Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan
yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan.
Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik,
ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya.
Baik-buruk, kebajikan dan
ketidakbijakan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni
lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidakbajikan.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan. kebajikan semu ini sangat berbahaya,
karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri
sendiri. Kebajikan manusia nyata dan dapat
dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan
hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri.
D.
USAHA / PERJUANGAN
Usaha/peijuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan
cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya.
Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini
sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/peijuangan, manusia tidak dapat hidup sempurna.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia itu rniskin, melarat, dan berarti menjatuhkan haikat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malas, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia itu rniskin, melarat, dan berarti menjatuhkan haikat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malas, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras. Sebagaimana
hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W. yang ditujukan kepada para
pengikutnya:”Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan
beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok. Allah berfirman dalam
Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat 11 : “sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. Dari
haidst dan firman ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu keija keras untuk
memperbaiki nasibnya sendiri.
B.
KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
(a) Aliran Naturalisme
Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu
dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang
tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara
mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai alam ini,
karena manusia itu lemah. .
(b)
Aliran
intelektualisme
Mana yang benar menurut akal itulah yang baik,
walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan
kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal
diciptakan teknologi. Teknologi adalah alat bantu mencapai kebajikan yang
maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan
hati nurani.
(c)
Aliran
Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal.
kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan
sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang
menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik
sebagai logika beipikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi, apa yang benar
menurut logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani.
F.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK.
Manusia pasti mempunyai pandangan
hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan
hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan
pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang
memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
(1)
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi
manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam
jal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa
setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan
bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada
sebelum manusia itu belum turun ke dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang
merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka mempunyai pandangan hidup
yang digunakan sebagai pedoman dan yang memberi petunjuk kepada mereka.
(2)
Mengerti
Tahan kedua untuk
berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan
mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita
berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita
hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara.
Begitu juga bagai yang berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita
mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu
mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akheraL Selain itu juga kita
mengerti untuk apa dan dari mana A1 Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga
dengan demikian mempunyai suam konsep pengertian tentang pandangan hidup dalam
Agama Islam.
(3)
Menghayati
Menghayati disini
dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu
dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu
sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini,
menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada
orang yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan
hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati
pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup
itu sendiri.
(4) Meyakini
Dengan meyakini
berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup
itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan untuk
selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya
selalu dipengamhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. Dalam meyakini ini
penting juga adanya iman yang teguh. Sebab dengan iman yang teguh ini dia tak
akan terpengaruh oleh pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan dirinya
tersugesti.
seharusnya
mengabdi kepada orang tua kita dengan perwujudannya yang berupa perbuatan yang
menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun secara tidak langsimg.
Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita untuk tidak mengabdi
kepadanya hams selalu ditumbangkan.
Jadi jika kita
sudah mengenal, mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup ini, maka
selayaknya disertai dengan pengabdian. Dan pengabdian ini hendaknya dijadikan
pakaian, baik dalam waktu tentram lebih-lebih bila menghadapi hambatan,
tantangan dan sebagainya.
(6) Mengamankan
Mungkin sudah mempakan sifat manusia
bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu pandangan hidup lalu ada orang
lain yang mengganggu dan atau mayalahkannya tentu dia tidak menerima dan bahkan
cenderung untuk mengadakan periawanan. Hal ini karena kemungkinan merasakan
bahwa dalam berpandangan hidup itu dia telah mengikuti langkah-langkah
sebelumnya dan langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah dibuktikan
kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya maka dia
pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau
lainnya.
Proses mengamankan
ini menipakan langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila
belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah
yang terakhir ini merupakan langkah teiberat dan benar-benar membutuhkan iman
yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya
pandangan hidup itu.